The news about the death of Osama bin Laden who yesterday still confusing now have clarity. Al Qoidah finally give the release a statement that they are true leaders have fallen, and this is the content of their statement that was translated from an Islamic forum.
PIMPINAN TERTINGGI TANZHIM JIHAD AL-QAIDAH
"Setelah Hidup dengan Mulia, Kini
Engkau Mati sebagai Syahid"
Keterangan Resmi Seputar Syahidnya Syaikh Usamah bin Ladin Rahimahullah.
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah yang telah berfirman :
وَلَئِنْ قُتِلْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ مُتُّمْ لَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَحْمَةٌ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
"Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan." (Ali Imran : 157).
Semoga shalawat dan salam tercurah untuk Nabi-Nya yang telah bersabda:
لَوَدِدْتُ أَنِّي أُقْتَلُ فِي سَبِيْلِ اللهِ ثُمَّ أَحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أَحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ
"Sungguh, aku sangat senang jika dapat terbunuh di jalan Allah, kemudian aku dihidupkan kembali, lalu aku terbunuh kembali; dan dihidupkan kembali, lalu kembali terbunuh.."
Demikian pula semoga tercurah kepada keluarga dan para shahabatnya yang dengan keadilan mereka telah menyebarkan kebenaran, dengan leher-leher mereka telah menjaga agama ini…. menuangkan darah mereka untuk meninggikan agama ini…
"… mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh)… "
Serta kepada orang-orang yang setia menyusuri jejak mereka, berjihad sebagaimana mereka berjihad dan bersabar sebagaimana mereka bersabar… hingga hari kiamat.
Amma ba'du.
Pada suatu hari yang bersejarah, di antara hari-hari yang dilalui oleh umat Islam yang mulia ini… di mana para pahlawan dan kesatria mereka berdiri menghias sepanjang umur umat yang penuh berkah ini… di atas jalan kemuliaan yang telah ditempuh oleh generasi terbaik umat ini, baik di masa lalu maupun di masa mendatang… telah syahid Syaikh Al-Mujahid, pemimpin kami yang zuhud, seorang Muhajir bernama Abu Abdullah Usamah bin Muhammad bin Ladin rahimahullah. Ia syahid dalam sebuah insiden yang membuktikan kesesuaian antara perkataan dan perbuatannya; insiden yang menjadi pelajaran yang gamblang bagi pemegang estafet berikutnya dalam umat yang berwibawa ini. Tongkat estafet lintas ke-qiyadah-an yang solid, para perwira yang setia dan barisan yang mulia. Insiden, di mana beliau enggan untuk menyerahkan agamanya, enggan tunduk kepada kaum yang telah divonis sebagai pewaris kerendahan dan kehinaan, kaum yang dimurkai dan tersesat. Karenanya, senjata dihadapi dengan senjata, kekuatan dengan kekuatan. Ia ladeni, meski yang ia hadapi saat itu adalah sejumlah besar pasukan dengan peralatan tempur yang lengkap semua amunisi dan personelnya. Pasukan yang angkuh dan suka memamerkan kecongkakan di hadapan manusia.
Di hadapan mereka itu, Syaikh Usamah sama sekali tidak merasa lemah dan pudar kekuatannya. Justru, ia hadapi mereka secara vis a vis dengan kokoh kesatria. Ia geluti kecamuknya pertempuran—sebagaimana pertempuran-pertempuran sebelumnya—sehingga ia telah tunaikan amanat yang diembannya… dan akhirnya beberapa tembakan musuh mengantarkan ruhnya keharibaan Rabbul Alamin. Ia seringkali mengulang-ulang syair:
Orang yang menggadaikan ruhnya untuk Rabb
Menghadapi kebatilan mereka (musuh-musuh-Nya)
Bagaimana ruh tersebut dapat tersakiti?
Akhirnya, beliau pun mengakhiri kehidupannya dengan izzah. Sebuah cita-cita yang sekian lama ia idam-idamkan. Cita-cita, yang untuk meraihka ia rela mengarungi berbagai belahan bumi. Hingga akhirnya ia pun mendapatkan apa yang selama ini ia cari. Itulah syahadah (mati syahid) di jalan Allah.
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
"(sifat-sifat yang baik) itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar." (Fushilat : 35).
Kalimatnya menggema memenuhi langit:
Orang yang beruntung adalah orang yang dipilih oleh Allah sebagai syahid
Ia tidak mempunyai persangkaan sebagaimana persangkaan orang-orang loyo.
Sungguh, barangsiapa yang mengarungi pertempuran
Namun menyangka tidak akan mendapat musibah, itu adalah sangkaan orang-orang yang loyo.
Maka, selamat wahai umat Islam, atas syahidnya putra terbaik umat ini, Usamah. Setelah sekian lama ia mengarungi kehidupan dengan keras dan sungguh-sungguh, dengan penuh keyakinan dan kesabaran, menyeru dan menyuarakan jihad, kedermawanan dan kemuliaan, berhijrah dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, menasehati dan memberikan pengarahan yang baik, dengan penuh bijak laksana negarawan.. setelah melalui itu semua, umur beliau—Syaikhul Jihad abad ini—dicukupkan sampai di sini.
Agar darah dan setiap kalimat yang diserukannya; keteguhan dan kematiannya ini menjadi ruh yang senantiasa mengalir generasi demi generasi dari umat ini. Sungguh, umat ini telah belajar darinya:
- Bahwa kemuliaan tidak akan pernah terbangun hanya dengan angan-angan dan khayalan;
- Bahwa ke-qiyadah-an bukanlah semata kedudukan dan hiasan;
- Bahwa akidah dan prinsip agama ini tidak hanya sebatas ucapan yang cukup dilantunkan lisan saja;
- Bahwa agama ini tidak cukup dapat tertolong hanya dengan mengorbankan waktu, amal dan ucapan semata;
- Bahwa jalan kemuliaan di dunia maupun akhirat akan senantiasa terbuka bagi mereka yang sanggup membela dan memikul bebannya;
- Bahwa cita-cita menjadikan agama ini sebagai pemimpin tidak dapat terwujud selain dengan kesabaran dan keyakinan;
- Dan bahwa modal utama bagi seseorang adalah kejujuran dan keikhlasan.
Kalaulah hari ini Amerika bergembira dengan kematian Usamah... hal itu bukanlah kehinaan bagi kami. Bukankah sudah sepantasnya bila seorang pahlawan itu gugur di medan laga, dan bukankah setiap orang mempunyai ajal kematian yang telah ditentukan?
Lalu, apakah Amerika—dengan sekian sarana media dan pekerja-pekerjanya, alat-alat tempur dan personelnya, intelijen dengan seluruh perangkatnya—apakah dengan semua itu Amerika mampu mematikan "sesuatu" yang dengannya Usamah hidup kemudian terbunuh? Tidak mungkin… dan tidak pernah bakal terjadi!
Sungguh, Syaikh Usamah tidak membangun sebuah organisasi yang bakal turut mati ketika ia mati.. atau ikut hilang ketika ia hilang.
"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya".
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ * هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci." (As-Shaff: 8-9).
Sungguh, ayat-ayat ini akan senantiasa menjadi anak panah runcing tertancap erat pada leher orang-orang yang bisu-tuli yang tidak berakal. Agama Allah pasti akan kekal—dan di antara bagian dari agama Allah itu adalah Al-Jihad fi Sabilillah. Akidahnya akan dihasung oleh hati-hati nan suci, seluruh aktivitas untuk menghidupkannya diracik oleh tangan-tangan yang suci pula. Dan, upaya untuk men-tamkin agama ini akan terus diusung oleh jama'ah-jam'ah yang shadiq, di mana orang-orang yang menyelisihi dan menghinakannya tidak sanggup mendatangkan kemudharatan baginya, sampai datang janji Allah.
Sesungguhnya Syaikh Usamah bin Ladin bukanlah seorang Nabi yang diutus di abad 20 ini. Ia hanyalah seorang lelaki muslim—bagian dari umat Islam—yang mengambil Al-Kitab (Al-Qur'an) dengan kekuatan, menjual seluruh dunia yang dimilikinya demi akhirat, dan melakukan semua daya dan upaya untuk mencapainya. Demikian kami menilainya. Sehingga, Allah mengangkat (derajatnya) oleh sebab ia telah mengangkat (derajat) agama-Nya; dan membuatnya memiliki kemuliaan (izzah) oleh sebab usahanya yang terus menerus untuk memuliakan kalimat-kalimat-Nya. Rasa takutnya yang hanya kepada Allah telah membuat gentar seluruh pemimpin-pemimpin kafir.
Sesungguhnya umat yang telah diwariskan oleh Usamah adalah umat yang walud (terus menerus beregenerasi) dan menjawab seruan (jihad). Dan, sungguh, akan muncul dari umat tersebut sekian rijal dan pahlawan yang seperti dirinya. Yaitu, sekelompok orang yang menikmati pengorbanan, terbiasa dengan kesabaran, yang akan menteror kehidupan musuh-musuhnya dan membukakan jalan bagi mereka menuju neraka; atau, akan membimbing mereka menuju surga dengan rantai. Itulah jamaah yang telah melahirkan sosok seperti Usamah bin Ladin. Tidak… dan tidak akan pernah tertutup pintu (pengkaderan)nya.
Kitab Allah akan senantiasa terjaga, dibaca sepanjang malam dan diujung hari. Sama sekali tidak akan pernah bisa terhapus, meski musuh-musuh berkerumun di sekitarnya. Bagaimana mungkin, sementara umat Islam hari ini begitu mudah menerima agamanya, begitu mudah berkorban untuk akidahnya, dan begitu besarnya kekuatan mereka untuk ber-muwajahah (menghadapi) musuh-musuhnya. Itulah potret umat setelah di dalamnya tumbuh satu generasi yang bersih dan bertaqwa. Usamah rahimahullah telah memberikan andil yang positif bagi tumbuh-kembang umat tersebut, bersama-sama para ikhwan di jajaran qiyadah dan para duat yang shaleh. Sebuah generasi yang unggul karena iman dan ber-izzah dengan keislamannya. Generasi yang akan menghinakan Barat dan orang-orang kafir, menghinakan peradaban mereka—peradaban orang-orang gila, pengkhianat peradaban dajal. Satu generasi yang menjadikan kematian pemimpinnya sebagai sebagai bekal untuk memperkuat wala' mereka terhadap agama ini. Sebuah generasi yang tidak akan berbalik mundur setelah kematian pemimpinnya. Dengan sepenuh keimanan dan keyakinan, selalu melantunkan ayat:
"Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
Tidak ada doa mereka selain ucapan, 'Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir'.
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ * وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ * فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." (Ali Imran : 146-148).
Andai saja cahaya Islam dan jihad ini dapat padam oleh kematian seseorang, niscaya ia telah akan padam dengan kematian penghulu makhluk, yaitu Muhammad SAW, dan murtadlah orang-orang Arab. Atau lembaran agama ini akan ditutup seiring dengan tumpahnya darah Amirul Mukminin Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Berapa banyak paraqadat (pemimpin) yang meniti di atas jalan mereka. Ujung barat dan timur bumi ini menjadi saksi jihad dan ekspedisi mereka. Namun, cahaya Islam tidak pernah padam oleh kematian mereka. Para pengikut mereka pun tidak ikut menghilang seiring kematian pemimpin-pemimpinnya. Justru, mereka bertambah semangat untuk berperang melawan musuh-musuhnya, bertekad membalaskan dendam kematian pemimpin mereka. Dengan panji kebenaran di tangan, mereka melantunkan firman-Nya:
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)." (Al-Ahzab : 23).
Oleh sebab itu, kami, Tanzhim Qa'idatul Jihad, bersumpah atas nama Allah SWT—sekaligus memohon pertolongan, kekuatan dan keteguhan kepada-Nya—untuk tetap berjalan di atas jalan jihad, jalan yang telah dilalui para pemimpin kami, di mana Syaikh Usamah menjadi pemimpin tertingginya, tanpa ada sedikit pun keragu-raguan. Kami tidak akan pernah menyimpang dari jalan tersebut, sampai Allah menurunkan ketentuan yang haq antara kami dengan musuh-musuh kami—dan sungguh, Ia adalah sebaik-baik pemutus perkara. Tak ada yang mampu menghalangi kami untuk meraih pertolongan, kemenangan, futuh dantamkin, atau kami hancur lebur bersamanya.
"Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan kami berikan kepadanya pahala yang besar."
Sebagaimana kami meyakini bahwa darah Syaikh Usamah tidak akan tertumpah dengan sia-sia, maka atas izin Allah akan senantiasa ada serangan bagi orang-orang Amerika dan para pembantunya, baik di dalam atau di luar negeri mereka. Sebentar lagi, atas pertolongan Allah, kegembiraan mereka akan berubah menjadi tangisan, darah mereka akan bercampur dengan air mata. Dan, kami akan merealisasikan janji Syaikh Usamah rahimahullah:
"Orang-orang Amerika dan siapapun yang hidup di Amerika tidak akan pernah merasa aman, sebelum keluarga kami merasakan aman di Palestina."
Tentara-tentara Islam, baik yang ada dalam jamaah-jamaah atau perseorangan akan selalu mengatur dan merancang strategi tanpa pernah bosan, putus-asa dan menyerah sampai dapat melakukan sebuah pukulan yang membuat anak-anak kecil beruban sebelum waktunya.
Selanjutnya, kami menyeru kepada para pemuda Islam di bumi Pakistan,di mana Syaikh Usamah terbunuh di negeri mereka untuk melancarkan revolusi demi membersihkan kehinaan yang telah dicampakkan oleh sekelompok pengkhianat dan maling, yang telah menjual segalanya kepada musuh-musuh umat, dan meremehkan kelompok mujahid yang mulia; agar mereka dapat memunculkan intifadhah (perlawanan) umum untuk membersihkan negeri mereka (Pakistan) dari najis Amerika yang telah banyak menimbulkan kerusakan di dalamnya.
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"… Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri… " (Ar-Ra'd : 11).
Demikianlah, sungguh, Syaikh Usamah rahimahullah tidaklah meninggalkan dunia ini sebelum merasa turut bergembira bersama umat Islam atas terjadinya revolusi-revolusi yang merobohkan tirani kezaliman. Syaikh Usamah merekam suaranya tentang ini, sepekan sebelum wafat, mengucapkan selamat kepada umat Islam, sekaligus menyampaikan beberapa nasehat-nasehat dan arahan—Insya Allah, akan kami sebarkan sebentar lagi—di mana akhir dari rekaman itu adalah bait-bait berikut:
Mengatakan Al-Haq di hadapan thaghut
Itulah kemuliaan dan kegembiraan
Itulah jalan di dunia, jalan menuju akhirat
Pilihlah olehmu: mati sebagai hamba atau mati sebagai orang merdeka.
Selanjutnya, kami mengingatkan kepada Amerika agar jangan sampai menyentuh salah satu bagian pun dari jasad Syaikh Usamah, atau memperlakukan sesuatu yang tidak layak pada jasadnya, atau pada diri keluarganya yang mulia, baik yang hidup atau yang meninggal; dan agar mengembalikan jasad tersebut kepada keluarganya. Kalau tidak, maka ingatlah…sesungguhnya setiap perlakuan buruk kalian akan membuka pintu keburukan yang bertubi-tubi bagi kalian, sehingga kalian tidak akan lagi mencela kecuali kepada diri kalian sendiri.
Kami menyeru kepada kaum Muslimin untuk melaksanakan kewajiban mereka atas perkara ini.
Milik Allah-lah segala urusan yang lalu maupun yang akan datang. Dan orang-orang yang zalim itu akan mengetahui ke mana tempat mereka kembali.
Segala puji bagi Allah, Rabbul Alamin.
Shalawat dan salam atas nabi Muhammad dan keluarganya.
Tanzhim Qaidatul Jihad
Pengurus Pusat
[muslimdaily.net]
1 comments:
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
Post a Comment